Kamis, 17 April 2014

MUNCULNYA KONSEPSI INDONESIA



II.                  PEMBAHASAN

2.1    Latar Belakang Munculnya Konsepsi Indonesia
            Latar belakang munculnya konsepsi Indonesia diawali oleh seorang pujangga asal Belanda yang bernama Eduard Douwes Dekker (1820-1887) dengan nama samaran Multatuli menamakan Tanah Air kita dengan sebutan Insulinde (kepulauan Hindia) dalam bukunya Max Havelor tahun 1860, kemudian dipopulerkan oleh prof. P.J. Veth. Alasan multatuli memberi nama Insulinde karena tidak suka mendengar nama Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) yang diberikan oleh Belanda. Beliau juga menggambarkan bahwa kepulauan Negara kita laksana sabuk yang melingkari garis katulistiwa ditretes intan jamrud.

            Bangsa Eropa yang awam dengan benua Asia selalu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Menurut mereka daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut sebagai Hindia Muka, dan dataran Asia Tenggara dinamakan Hindia Belakang sedangkan kepulauan Tanah Air kita memperoleh nama kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, Archipel Indian), pada zaman Belanda nama resminya adalah Nederlandch Indie (Hindia Belanda).
            Nama Hindia asal mulanya buatan Herodotus, seorang ahli ilmu sejarah berkebangsaan Yunani (484-525SM) yang dikenal sebagai bapak ilmu sejarah. Adapun nama Hindia ini baru digunakan untuk kepulauan ini oleh Polemeus (100-178) seorang ahli ilmu bumi terkenal, dan nama Hindia ini menjadi terkenal sesudah bangsa portugis dibawah pimpinan Vasco da Gama mendapati kepulauan ini dengan menyusuri sungai Indus.
            Pada tahun 1920-an seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (1878-1950) memperkenalkan nama Nusantara.
            Nusantara semula bermakna kepulauan seberang yang digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar jawa. Secara historis, Dr.Setiabudi mengartikan kepulauan seberang tersebut sebagai nasionalistis dengan mengambil kata melayu asli yaitu kata Antara.  Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu nusa diantara dua benua dan samudera, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi Nusantara modern. Dr. Setiabudi mengambil nama Nusantara dari kitab Pararaton, yaitu kitab yang membahas sejarah para ratu Singosari hingga runtuhnya Majapahit (Naskah kuno zaman Majapahit tersebut ditemukan di Bali akhir abad-19, diterjemahkan J. LA Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920). Kemudian karena tahu asal-usul nama Nusantara adalah sebutan bumi pertiwi dulu dan tidak mengandung kata India maka dengan cepat menjadi populer dalam tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan untuk digunakan sebagai pengganti nama Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).
            Pada tahun 1847 terbitlah sebuah majalah tahunan di Singapura dengan nama Journal Of Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869) seorang lulusan sarjana Edinburg (Inggris). Tahun 1849 George Samuel Windsor Earl (1813-1865) yang berasal dari Inggris pun menggabungkan diri sebagai redaksi Majalah JIAEA. Dalam artikelnya Earl di majalah JIAEA volume 4 tahun 1850 menyatakan pendapatnya bahwa sudah tiba waktunya untuk rakyat di kepulauan melayu memiliki nama khusus (a distinctive name) sebab nama Hindia tidaklah cocok dan sering mengundang kebingungan dengan sebutan India yang lain. Dalam judul artikelnya Embracing Enquiries Into The Continental Relations of the Indo-pacific Islanders, Earl menamakan penduduk India Belanda bagian barat yang berasal dari Proto-Melayu (melayu tua) dan Neutero-Melayu (melayu muda) sebagai Indunesians dan Earl memilih nama untuk wilayah kepulauan Negara kita dengan sebutan Melayunesia (kepulauan melayu), sebab Melayunesians sangat tepat untuk ras Melayu, apalagi bahasa melayu banyak digunakan diseluruh kepulauan Negara kita.
            James Richardson Logan tidak sependapat dengan Windson Earl, beliau menulis artikelnya dalam majalah JIAEA volume 4 hal 252-347 dengan judul The Ethanology Of The Indian Archipelago yang membahas tentang nama bagi kepulauan Negara kita yang oleh Belanda dan bangsa Eropa disebut Indian Archipelago yang menurut Logan nama tersebut sangat panjang dan membingungkan.
            Melalui tulisan Logan tersebut untuk pertama kalinya nama Indonesia muncul di dunia Internasional “Mr. Earl Sugests the Ethnographical term Indonesia, but rejects in favaour of Malayunesian, I prefer the purely geographical term Indonesian, which is merely a shorter synonym for the Indian Island or the Indian Archipelago”. Selanjutnya Logan secara aktif dalam setiap karya-karya tulisannya selalu memakai nama Indonesia sehingga banyak dari kalangan ilmuwan bidang Ethnology dan Geografi yang mengikuti pendapat Logan menyebut “Indonesia” pada kepulauan kita.
            Logan memungut nama Indunesia yang dibuang oleh Earl yang pada waktu itu Earl tidak suka memakai istilah Indunesia dengan alasan bahwa Indunesia (kepulauan Indonesia) bisa juga digunakan untuk wilayah Ceylon (Srilanka) dan Maldevies (Maladewa). Earl mengajukan dua pilihan nama Indonesia atau Melayunesia pada halaman 71, artikelnya itu tertulis “…..the in habitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago Would become respectively Indonesia or Malayunesians”. Logan mengganti huruf u (Indunesia) dengan huruf o (Indonesia) agar ucapannya lebih baik, maka lahirlah sebutan Indonesia sampai sekarang.


2.2   Proses Pengenalan dan Penyebaran Konsep Indonesia
            Pengenalan dan penyebaran konsep indonesia untuk pertama kali dilakukan oleh seorang guru besar bidang ethnology universitas berlin yaitu Adolf  Bastian. Ia mempopulerkan nama Indonesia dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul Indonesia Ordeer Die Inseln Des Malaysichien Archipel sebanyak lima volume. Isi dari buku-buku tersebut membahas penelitiannya ketika pengembaraannya ke Tanah Air kita, pada tahun 1864-1880.
            Melalui buku Bastian tersebut nama Indonesia semakin populer dikalangan sarjana, hingga pernah muncul suatu pendapat bahwa Adolf  Bastian adalah pencipta nama Indonesia, pendapat yang keliru tersebut tercantum dalam Encyclopedie Van Nederland-Indie, tahun 1918 bahkan di Indonesia dimasukkan dalam buku sejarah kebangsaan jilid I untuk SLTP dan yang sederajat, penerbit Asia Afrika tahun 1969.
            Selain Adolf Bastian, prof. Van Vollen Hoven (1917) juga mempopulerkan nama Indonesia sebagai ganti Indisch (India) begitu juga istilah Inlander (pribumi) diganti sebutan Indonesier (orang Indonesia).
            Nama Indonesia Menjadi Makna Politik Sejak tahun 1850-1884 nama Indonesia telah dikenal dalam ilmu pengetahuan Indonesia. Nama Indonesia yang semula adalah istilah ilmiah dalam ethnology kemudian diambil oleh para pemimpin pergerakan nasional, sehingga istilah Indonesia berubah menjadi makna politis. Karena istilah Indonesia menjadi makna politis sebagai wujud identitas suatu bangsa yang telah bangkit dari cengkraman kolonialisme Belanda yang mencapai kemerdekaannya, maka pemerintahan kolonialisme belanda selalu menaruh curiga dan mewaspadai istilah Indonesia itu.
           

2.3   Upaya Yang Dilakukan Dalam Mensosialisasikan Konsep Indonesia Dari Segi Organisasi dan Pers
            Orang Indonesia yang pertama kali menggunakan nama Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada waktu Beliau di buang di negeri Belanda tahun 1913. Ketika di negeri Belanda, Beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers Bureau, Sehingga di Rotterdam (Belanda) nama Indonesia semakin populer digunakan oleh kalangan para mahasiswa dan para ilmuwan.
            Seorang mahasiswa sekolah tinggi ekonomi (Handels hooge school), yang bernama Moch. Hatta mengusulkan agar organisasinya para mahasiswa Hindia Belanda yang belajar di negeri Belanda untuk diubah yang semula bernama Indische Vereeniging yang didirikan pada tahun 1908, menjadi Indische Vereeniging (perhimpunan Indonesia). Begitu pula majalahnya mahasiswa Hindia Belanda semula bernama Hindia Poetra diganti dengan nama Indonesia Merdeka. Alasan Moch. Hatta berinisiatif mengganti nama organisasi dan majalah dengan istilah Indonesia termuat dalam majalah Indonesia Merdeka. Bung Hatta menegaskan “……bahwa Indonesia merdeka yang akan datang mustahil disebut Hindia Belanda juga tidak Hindia saja. Sebab dapat menumbuhkan kekeliruan dengan India yang asli bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik karena melambangkan dan mencita-citakan suatu Tanah Air di masa depan, dan untuk mewujudkanya tiap orang Indonesia akan beusaha dengan segala tenaga dan kemampunya di dalam negeri.”
            Dalam mensosialisasikan konsep Indonesia dari segi organisasi, di dalam negeri berbagai organisasi muncul dengan sebutan Indonesia. Tercatat tiga organisasi yang pertama kali menamakan organisasinya dengan memakai sebutan Indonesia. Organisasi yang pertama didirikan oleh Dr. Soetomo pada tahun 1924 dengan nama Organisasi Indonesische Studie Club. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Propaganda PKI kini menunjukkan bahwa partai ini telah benar-benar mengindonesia. Antara tahun 1918-1921 serikat buruh Indonesia meraih sukses besar dalam meningkatkan kondisi dan upah anggotanya terutama berkat gabungan peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut berupa inflasi harga, kurangnya tenaga buruh terampil, dan munculnya organisasi buruh yang sukses dari partai-partai politik, terutama SI dan PKI.  Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk Organisasi kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia.
            Sebutan Indonesia semakin populer di dalam negeri dalam berbagai gerakan-gerakan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh Nasional setelah nama Indonesia dinobatkan sebagai nama Tanah Air, Bangsa dan Bahasa pada kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian disebut Soempah Pemoeda.
            Sumpah Pemoeda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai cita-cita bersama. Pada Kongres ini pula diperkenalkan lagu kebangsaan Indonesia Raya 3 stanza oleh Wage Rudolf Supratman.
            Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; Parlemen Hindia Belanda) Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjodjo, dan Sutardjo Karto Hadi Kusumo, mengajukan mosi kepada pemerintah Hindia Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda) tetapi Belanda menolak mosi ini. Segala usaha terus dilakukan untuk mengganti didalam perundang-undangan sebutan Nederlandsch-Indie dengan Indonesia; dan Inborling, Inlander, Inheeimsche dengan Indonesier tetapi selalu mengalami kegagalan, dimana pihak koloni Belanda selalu mendasarkan keberatannya atas dasar pertimbangan Juridis. Nama Indonesiers hanya boleh dipakai secara resmi dalam surat menyurat saja (Surat Edaran 10 Oktober 1940).
            Sebutan Hindia Belanda lenyap ketika bala tentara Jepang menduduki Tanah Air Kita pada tanggal 8 Maret 1942 dan berganti sebutan To-Indo (India Timur). Tidak lama bala tentara Jepang menduduki Tanah Air kita, tentara sekutu menghancurkan kekuasaan Jepang. Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus 1945, maka Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.40 di jln Pagangsaan Timur Raya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran, sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang seperti Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
            Pada 18 Agustus 1945 berdirilah Negara Republik Indonesia. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.



DAFTAR PUSTAKA

Posponegoro,MD. Dan Notosusanto, Nugroho. 2011. Sejarah Nasional
            Indonesia v. Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi    Ilmu Semesta
Suryanegara, Mansur.1998. Menemukan Sejarah. cet. IV, Mizan, hal 92-93
Konsepsi-Indonesia.html
Sejarah-Indonesia-Wikipedia-bahasa-Indonesia,-ensiklopedia-bebas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar